Ekonomi Pertanian Ekonomi Pertanian

Materi I : Ekonomi Pertanian

Materi I : Ekonomi Pertanian – Ekonomi pertanian adalah bagian ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena serta persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro.

Sumber daya ekonomi pertanian meliputi lahan pertanian, rumah tangga pertanian, dan pendapatan petani. Ekonomi pertanian merupakan satu-satunya cabang ilmu ekonomi yang terkait dengan pemanfaatan lahan.

Sub Sektor Pertanian 

  • Sub sektor tanaman pangan
  • Sub sektor perkebunan
  • Sub sektor peternakan
  • Sub sektor perikanan
  • Sub sektor kehutanan

Kontribusi Sektor Pertanian Bagi Pembangunan Ekonomi di Indonesia

Sektor Pertanian menurut Kuznets memiliki empat kontribusi penting bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, diantaranya :

1. Kontribusi Produk

Kontribusi produk yaitu penyediaan makanan bagi masyarakat, penyediaan bahan baku bagi beberapa industri seperti industri makanan, minuman, dan industri tekstil.

  • Dalam sistem ekonomi terbuka, kontribusi produk dari sektor pertanian dapat melalui pasar atau pun produksi dengan sektor lain diluar sektor pertanian.
  • Dari segi pasar, Indonesia lebih di dominasi oleh produk pertanian Import, seperti buah, beras , bahkan daging.
  • Dari segi produksi, beberapa industri kelapa sawit dan rotan di Indonesia mengalami kesulitan mencari bahan baku karena sebagian besar bahan baku tersebut di jual ke luar negeri dengan harga yang lebih tinggi.

2. Kontribusi pasar

Kontribusi pasar yaitu  terbentuknya pasar untuk beberapa bahan industri dan makanan.
Sektor pertanian turut berperan dalam pertumbuhan pasar domestik produk non pertanian ,misalnya pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) dan produk konsumsi (makanan, pakaian).

Baca Juga :   Sosiologi Ekonomi : Pengertian, Pendekatan dan Fenomena

Keberhasilan kontribusi pasar dari sektor pertanian ke sektor non pertanian bergantung kepada pengaruh keterbukaan ekonomi dan jenis teknologi sektor pertanian

Keterbukaan ekonomi membuat produk impor turut bersaing di pasar sektor non pertanian sehingga konsumsi yang tinggi dari petani tidak menjamin pertumbuhan yang tinggi di sektor non pertanian. Selain itu, semakin modern teknologi yang digunakan oleh sektor pertanian maka akan semakin tinggi juga permintaan produk industri non pertanian.

3. Kontribusi Faktor Produksi

Kontribusi faktor produksi menyebabkan turunnya peranan pertanian di pembangunan ekonomi yang akan berpengaruh terhadap transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor lain.

Tenaga kerja dan Modal merupakan dua faktor produksi yang dapat dialihkan ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanian.

Di Indonesia hubungan investasi antara sektor pertanian dan sektor non pertanian harus ditingkatkan agar dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada pinjaman luar negeri. Untuk dapat merealisasikan hal ini , harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke sektor lain.

4. Kontribusi Devisa 

Kontribusi devisa : ekspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor akan menjadi sumber penting bagi surplus Neraca Perdagangan.

Kontribusi devisa oleh sektor pertanian secara langsung yaitu melaui ekspor produk pertanian dan mengurangi impor. Sedangkan secara tidak langsung dapat melalui peningkatan ekspor dan pengurangan impor produk berbasis pertanian seperti tekstil, makanan, minuman, dll.

Faktor – Faktor Produksi Pertanian

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh/berkembang dan menghasilkan hasil memuaskan. Faktorproduksi dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi.

Macam – macam faktor produksi terbagi atas :

1. Tanah dan Lahan

Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar. 

  • Tanah subur yang mengandung banyak unsur hara sangat baik untuk tanaman
  • Lahan yang luas dapat meningkatkan produksi pertanian  
  • Akses transportasi yang mudah memudahkan pengangkutan hasil pertanian.
  • Lokasi yang dekat pasar / kota menghemat biaya transportasi.
Baca Juga :   Manajemen Motivasi

2. Tenaga kerja (Labour)

Faktor produksi tenaga kerja perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan. 

  • Berfungsi sebagai pelaku proses kegiatan produksi pertanian
  • Sebaiknya jumlahnya banyak
  • Sebaiknya memiliki spesialisasi dan pengetahuan pada bidang pertanian

3. Modal (Capital)

Dalam kegiatan proses produksi pertanian organik, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produk tersebut, misalnya tanah, bangunan, dan mesin-mesin.

Modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut, misalnya biaya untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, atau upah tenaga kerja.

4. Manajement

Manajemen merupakan sistem produksi yang terorganisir dengan baik yang mencakup seluruh faktor-faktor produksi untuk menghasilkan hasil yang optimal. Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan serta mengevalusi suatu proses produksi.

Faktor manajement :

  • Tingkat pendidikan
  • Pengalaman berusa hatani
  • Skala usaha
  • Besar kecilnya kredit
  • Macam komoditas

5. Teknologi

Semakin canggih teknologi yang digunakan akan memudahkan dalam produksi pertanian atau dengan kata lain hemat waktu, hemat tenaga, hemat biaya tenaga kerja.

Teori Sewa Tanah

1. Teori David Ricardo

Dalam teori sewa tanah, David Ricardo mengatakan bahwa jenis tanah berbeda-beda. Produktivitas tanah yang subur lebih tinggi, berarti untuk menghasilkan satu satuan unit produksi diperlukan biaya rata-rata dan biaya marjinal yang lebih rendah.

Makin rendah tingkat kesuburan, maka makin tinggi pula biaya-biaya untuk mengolah tanah dan dengan sendirinya keuntungan per hektar tanah semakin kecil pula. Jadi sewa tanah yang lebih subur lebih tinggi dibanding sewa tanah yang kurang subur.

Baca Juga :   Pengawasan Dalam Manajemen

2. Teori Von Thunen

Von Thunen (1826) hanya menambah kekurangan teori sewa tanah David Ricardo yaitu mengenai jarak tanah dari pasar. Apakah tanah subur yang jaraknya dekat dengan pasar dan yang jauh dari pasar akan sama sewanya?

Hal ini setelah dikaji ternyata beda karena semakin jauh dari pasar semakin mahal biaya transportasinya.

Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar.

Sumber:
https://danielfery18.wordpress.com/agribisnis/teknologi-terkini-pertanian/pertanian/kontribusi-sektor-pertanian-bagi-pembangunan-ekonomi-di-indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_pertanian
http://nescaya.blogspot.co.id/2014/11/faktor-faktor-produksi-pertanian.html
https://iyanzhave.wordpress.com/2011/11/19/teori-se
wa-tanah-dari-david-ricardo-dan-von-thunen/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *