Penggunaan Ejaan dalam Bahasa Indonesia Penggunaan Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Penggunaan Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Penggunaan Ejaan / Teknis Penulisan dalam Bahasa Indonesia – Dalam Materi sebelumnya kita telah membahas tentang “imbuhan dan ragam bahasa” dan sekarang lanjut kepelajaran berikutnya tentang ejaan. Berbicara tentang ejaan, pasti tidak jauh – jauh dengan yang namanya mengeja.

Lalu Apa itu ejaan? Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Sedangkan mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata.

Penggunaan Ejaan

Terdapat 5 aspek penggunaan ejaan / ruang lingkup ejaan yang disempurnakan (EYD), yaitu:

1. Pemakaian Huruf

  • a). Abjad (A,B,C,D, … ,X,Y,Z — a,b,c, … ,x,y,z) 
  • b). Vokal (a,i,u,e,o — A,I,U,E,O) 
    Diftong (gabungan dua vokal). Contoh : ai, au, oi. 
    Diftong menciptakan bunyi yang berbeda dengan lafal aslinya. 
  • c). Konsonan (b, c, d, … — B, C, D, …) 
    Diagraf (gabungan dua konsonan). Contoh : kh, ng, ny, sy.
  • d). Gabungan Huruf Konsonan 
    Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

2. Penulisan Huruf

a). Penulisan Huruf Kapital

  • Dipakai untuk huruf pertama awal kalimat 
  • Dipakai untuk huruf pertama petikan langsung 
  • Dipakai untuk huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan Tuhan (Yang Mahakuasa, Quran, Weda, hamba-Mu,..) 
  • Dipakai untuk huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama (Raden, Haji, Nabi, dll.) 
  • Dipakai untuk huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang/pengganti nama orang/instansi/nama tempat (Presiden Yudoyono, Menteri Pertanian, Gubernur Bali) 
  • Dipakai untuk huruf pertama unsur nama orang (Budi Luhur) 
  • Dipakai untuk huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa (Melayu, Tionghoa) 
  • Dipakai untuk huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah 
  • Dipakai untuk huruf pertama nama khas dalam geografi (Teluk Bayur, Gunung Semeru, Danau Toba, dll) 
  • Dipakai untuk huruf pertama semua unsur nama negara, badan/lembaga pemerintahan, ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi (Undang-Undang Dasar 1945, Departemen Agama RI, dll) 
  • Dipakai untuk huruf pertama unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/lembaga (Perserikatan Bangsa- Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial) 
  • Dipakai untuk huruf pertama semua kata nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan.
  • Dipakai untuk huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan (Bapak, Ibu, Paman, Kakak, dll.)
  • Dipakai untuk huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, sapaan (Jend., Sdr., M.M., dll.)
  • Dipakai untuk huruf pertama kata ganti anda
Baca Juga :   Belajar Hukum Perdata (Hukum Bisnis): Pengertian, Fungsi, Sumber dan Perbedaan

b). Penggunaan Huruf Miring

  • Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat kabar yang dikutip dalam karangan.(majalah Prisma, tabloid Nova) 
  • Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan.(dia muka menipu tapi ditipu) 
  • Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk kata nama ilmiah atau ungkapan asing (nama ilmiah padi adalah oriza sativa)

3. Penulisan Kata

Ada beberapa penulisan kata, diantaranya adalah:

  • Kata Dasar: kata yang belum mengalami perubahan bentuk, atau kata yang belum diberi imbuhan. Misalnya: makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah, pindah, dan lain – lain.
  • Kata Turunan: atau disebut juga dengan kata berimbuhan adalah kata – kata yang telah beruba bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata tersebut telah diberi imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan awalan – akhiran (konfiks). Contohnya adalah menanam, berlari, tertinggal, dan lain – lain.
  • Kata Ulang: bentuk kata yang merupakan pengulangan kata dasar. Pengulangan ini dapat memiliki atau menciptakan arti baru. 

Kata ulang terdiri dari beberapa macam, diantaranya: 

1) Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misalnya = Laki : Lelaki 
2) Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya = Laki : Laki-laki 
3) Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem. Misalnya = Sayur : Sayur-mayur 
4) Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan. Misalnya =Main : Bermain-main 

  • – Gabungan Kata 
  • – Kata Ganti ku, kau, mu, nya 
  • – Kata Depan di, ke, dari 
  • – Kata Sambung si, sang 
  • – Partikel 
  • – Singkatan dan Akronim 
  • – Angka dan Lambang Bilangan

4. Penulisan Unsur Serapan

Penulisan ini diambil dari berbagai bahasa daerah dan bahasa asing. Berdasarkan integritasnya, unsur serapan dibagi menjadi 2 yaitu :

  1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de facto, bridge. 
  2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
Baca Juga :   Pengertian Pidato, Khotbah dan Ceramah

5. Pemakaian Tanda Baca

  1. Tanda titik (.) 
  2. Tanda koma (,) 
  3. Tanda titik koma (;) 
  4. Tanda titik dua (:) 
  5. Tanda hubung (-) 
  6. Tanda pisah (–) panjangnya dua kali tanda hubung 
  7. Tanda elipis (…) 
  8. Tanda tanya (?) 
  9. Tanda seru (!) 
  10. Tanda kurung ((…)) 
  11. Tanda kurung siku ((…)) 
  12. Tanda petik (“…”) 
  13. Tanda petik tunggal ((‘…’)) 
  14. Tanda garis miring (/) 
  15. Tanda penyingkat atau apostrop (‘)

Kaidah Penempatan Ejaan dalam Penulisan:

  1. Pemakaian abjad, huruf vocal, huruf konsonan. 
  2. Persukuan, yaitu pemisahan suku kata, contoh: struk-tur
  3. Penulisan huruf kapital dan huruf miring, 
  4. Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan, gabungan kata (contoh: dukacita, bertanggungjawab, Ibu – bapak),
  5. Penulisan angka dan lambang bilangan,
  6. Penempatan tanda baca

Jenis – Jenis Kalimat

1. Kalimat Tanya

Kalimat Tanya adalah kalimat yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan jawaban dari orang lain maupun diri sendiri, karena terkadang kita juga bisa bertanya pada diri sendiri mengenai sesuatu yang tidak kita yakini kebenarannya.

Ciri-ciri kalimat tanya yaitu menggunakan intonasi naik, menggunakan kata tanya, dapat menggunakan partikel tanya -kah.

Kalimat Tanya yang biasa dipakai dimulai dengan kata Apa, Kapan, Dim
ana, Siapa, Mengapa dan Bagaimana. Pemakaian kata ini pada kalimat tanya sering disertai dengan kata kah dan diikuti dengan intonasi yang agak sedikit naik dan diakhiri dengan tanda tanya.

Contohnya:

  1. Apakah kamu sudah menikah? 
  2. Kapan ujian semester akan diadakan?
  3. Dimana Engkau membeli baju ini?

2. Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung perintah atau permintaan agar orang lain melakukan suatu hal yang diinginkan.

Kalimat perintah memiliki ciri-ciri: 

a). Menggunakan partikel -lah. 

Contoh: 

– Bacalah buku ini ! 
– Lihatlah bintang itu ! 

Baca Juga :   Life Table (Tabel Kematian) | Pengertian, Contoh, dan Pembahasan

b). Berpola kalimat inversi (P-S). 

Contoh :

– Rapikan meja itu ! 
– Bersihkan kamar ini ! 

c). Menggunakan tanda seru (!) bila digunakan dalam bahasa tulis. 

Contoh : 

– Makanlah ! 
– Pergilah ! 

d). Kalimat perintah jika dilisankan berintonasi naik di awal dan berintonasi rendah di akhir.

Contoh : 

– Bawa barang-barang itu kemari ! 
– Selesaikan tugasmu ! 

e). Penggunaan predikat verbal tanpa awalan. 

Contoh : 

– Jangan kamu tidur terlalu larut !

Daftar Pustaka

http://www.rizallaros.com/belajar-bahasa-indonesia-dan-teknik-penulisan-ilmiah-tata-ejaan-dan-pilihan-kata-217/

http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-dan-contoh-kata-dasar-turunan-majemuk-dan-kata-ulang.html

S

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *